Keracunan obat biasanya terjadi pada pasien yang mengonsumsi lebih
dari satu jenis obat sehingga mengalami efek interaksi obat, pada pasien
lansia, anak-anak, atau orang yang memiliki masalah kejiwaan. Keracunan obat
juga dapat terjadi jika seseorang minum obat disertai minuman atau makanan yang
dapat membuat obat tersebut menjadi senyawa beracun, misalnya alkohol.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW_NzRxBJ9ZXkt3VfsLHCJ-Y590oapeukwOEWmyKRSnBlZUVvb3nroFwmIXuhXgMQ6bJTQZBaiYTYuwntODL6SUbC9tt-7HX5TXf-uevSJ_IlKQqJfO_sfRNa8doj85ghm_-m6RrLbiAQ/s200/keracunan+obat.png)
Gejala keracunan obat bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis dan
dosis obat yang dikonsumsi, serta kondisi kesehatan orang tersebut ketika
mengonsumsi obat. Gejala keracunan obat juga sering kali berupa efek samping
obat tersebut, namun dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Beberapa gejala umum yang dapat muncul pada seseorang yang mengalami
keracunan obat adalah sebagai berikut:
Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah atau muntah darah, sakit
perut, diare, dan perdarahan pada saluran cerna.
Nyeri dada.
Detak jantung lebih cepat (dada berdebar).
Sulit bernapas atau sesak napas.
Pusing atau sakit kepala.
Kejang.
Penurunan kesadaran, bahkan hingga koma.
Kulit atau bibir kebiruan.
Hilang keseimbangan.
Kebingungan atau gelisah.
Halusinasi.
Seperti dikatakan sebelumnya, gejala keracunan obat dapat berbeda,
sesuai jenis obat yang menyebabkan keracunan. Sebagai contoh, seseorang yang
keracunan obat opioid akan mengalami gejala dan tanda klinis seperti pupil mata
mengecil, napas melambat, lemas, mual, muntah, perubahan detak jantung, dan
menjadi kurang waspada.
Baca Juga :
Hidup Sehat | Mata | Kolesterol | Jantung | Kecantikan |
Sedangkan keracunan paracetamol dapat menimbulkan gejala mengantuk,
kejang, sakit perut, mual, muntah, kerusakan hati, hingga koma. Kelebihan dosis
paracetamol sangat berbahaya, dan biasanya baru muncul tiga hari setelah obat
dikonsumsi.
Jika seseorang mengalami keracunan obat, segeralah hubungi ambulans
atau bawa ke rumah sakit terdekat, agar dapat diberikan penanganan secepatnya.
Sambil menunggu bantuan medis datang, hal-hal yang dapat Anda lakukan adalah:
Cek denyut nadi, pola napas, dan saluran pernapasannya. Lakukan
resusitasi jantung paru atau RJP, yaitu pemberian napas buatan dan penekanan
pada dada, bila penderita tidak merespon ketika dipanggil, tidak bernapas,
tidak terdengar detak jantung, serta tidak teraba denyut nadi.
Jangan biarkan atau menyuruh penderita muntah, kecuali petugas medis
menyarankan demikian.
Jika penderita muntah dengan sendirinya, segera bungkus tangan Anda
dengan kain, lalu bersihkan jalan napas (tenggorokan dan mulut) orang tersebut
dari muntahan.
Sebelum paramedis datang, baringkan tubuh penderita menghadap ke kiri,
dan buatlah penderita berada pada posisi yang cukup nyaman.
Jangan memberikan penderita makanan atau minuman apapun yang dianggap
mampu menetralisir racun, seperti cuka, susu, atau jus lemon.
Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan memberikan atau memasukkan
apa pun ke dalam mulutnya.
Penting bagi Anda untuk memerhatikan cara mengatasi keracunan obat dan
menghindari beberapa hal yang dilarang di atas, agar tidak memperburuk kondisi
penderita keracunan obat.
Setelah bantuan medis datang, jelaskan kepada dokter atau petugas
medis, mengenai obat yang diminum dan gejala yang timbul setelah penderita
mengalami keracunan.
Penanganan keracunan obat perlu dilakukan oleh dokter di rumah sakit.
Penderita keracunan obat sering kali membutuhkan rawat inap, agar kondisinya
dapat terus dipantau.
Jika Anda secara tidak sengaja salah atau terlalu banyak meminum obat,
dan khawatir mengalami keracunan obat, jangan tunggu sampai gejala muncul.
Segera pergi ke instalasi gawat darurat di rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan.
0 comments:
Post a Comment