Ultrasonografi (USG), tes amniosentesis, pemeriksaan vili korionik
(bagian dari jaringan plasenta di mana terdapat DNA bayi), hingga tes DNA darah
ibu adalah cara akurat untuk mendeteksi jenis kelamin bayi yang ada dalam
kandungan. Pemeriksaan USG untuk menentukan jenis kelamin bayi dapat dilakukan
sejak usia kehamilan 18-20 minggu. Tergantung dari posisi tubuh janin di dalam
kandungan, tingkat akurasi mencapai 80-90%. Pemeriksaan DNA, termasuk
pemeriksaan amniosentesis dan vili korionik, adalah pemeriksaan yang tidak
rutin dilakukan karena mahal dan hanya tersedia di laboratorium khusus.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8g_tBPzl3z8qBzowWNNoDdIsM25-TZI4EaTHx7vRv7aUuyFlEKOC-L_G-6SooIpKEBBKPU7F0vS3-4dJZ6nZe89juxRS3qaqEQxJo_ppIFBAeqx-HPGzX806lns3YsVu4iFFbrSs6jxY/s200/bayi+dalam+ketuban.png)
Morning Sickness
Mitos: Kerap mengalami morning sickness parah pada masa kehamilan
konon pertanda Anda akan memiliki bayi perempuan.
Fakta: Mitos ini bisa jadi benar. Sebuah studi telah menemukan bahwa
wanita yang mengalami morning sickness parah atau hiperemesis gravidarum
cenderung melahirkan anak perempuan. Hal tersebut lantaran kadar hormon kehamilan
yang memicu morning sickness cenderung lebih tinggi pada ibu yang sedang hamil
bayi perempuan. Kendati demikian, ini tidak bisa dijadikan acuan penentu jenis
kelamin janin yang akurat, karena seorang perempuan yang hamil bayi laki-laki
pun juga bisa mengalami morning sickness yang parah. Dari penelitian juga
didapatkan bahwa pemeriksaan USG jauh lebih akurat untuk menentukan jenis
kelamin bayi, meskipun pemeriksaan tersebut tidak dapat memberikan hasil yang
100% tepat.
Detak Jantung
Mitos: Konon jika detak jantung kurang dari 140 kali per menit, itu
menjadi pertanda bahwa Bunda tengah mengandung bayi laki-laki.
Fakta: Bunda, spekulasi ini hanya mitos, ya! Karena faktanya, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara denyut jantung bayi laki-laki dan
perempuan selama awal kehamilan. Rata-rata denyut jantung untuk bayi laki-laki
pada trimester pertama adalah 154,9 kali per menit (bisa lebih atau kurang 22,8
kali per menit). Dan untuk bayi perempuan adalah 151,7 kali per menit (bisa
lebih atau kurang 22,7 kali per menit). Jadi detak jantung bayi tidak dapat
dijadikan patokan untuk menentukan jenis kelaminnya.
Baca Juga :
Hidup Sehat | Mata | Kolesterol | Jantung | Kecantikan |
Bentuk Perut Bulat dan Lonjong
Mitos: Di Indonesia beredar mitos bahwa bentuk perut yang membulat
saat hamil menjadi pertanda bahwa Bunda tengah hamil bayi perempuan. Sementara,
bila bentuk perut Bunda terlihat lonjong atau turun, berarti tengah mengandung
bayi berjenis kelamin laki-laki.
Fakta: Bunda, spekulasi ini juga murni mitos. Faktor bentuk tubuh dan
bentuk perut saat hamil dipengaruhi oleh berat badan di masa kehamilan, bukan
karena jenis kelamin bayi.
Ngidam Makanan atau Minuman Manis dan Asam
Mitos: Wanita yang mengandung bayi perempuan konon lebih sering ngidam
makanan yang manis-manis, sedangkan ketika mengandung bayi laki-laki akan cenderung
ngidam makanan atau minuman yang asam atau asin.
Fakta: Tidak ada data ilmiah yang membuktikan kebenaran mitos ini.
Jika Bunda merasa ngidam makanan atau minuman manis, mungkin itu karena
perubahan hormon kehamilan yang dapat meningkatkan sensitivitas indera
penciuman Anda. Ada banyak alasan
mengapa ibu hamil ngidam atau merasa ingin sesuatu yang manis-manis, salah
satunya adalah kadar gula darah yang rendah, kurang energi, kelelahan, dan
kurang tidur.
Selain mitos dan tanda-tanda ilmiah saat hamil, ada banyak perdebatan
tentang cara yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi dengan jenis
kelamin tertentu. Misalnya, anjuran diet spesifik untuk mengonsumsi makanan
asam dapat membantu mengandung bayi laki-laki, dan makanan basa untuk membantu
hamil anak perempuan. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah dalam anjuran ini.
Makanan bervariasi dan bergizi sangat penting untuk kesehatan ibu dan bayi,
membatasi asupan nutrisi atau menjalani diet tertentu saat hamil bukanlah ide
bagus. Dan tidak ada bukti ilmiah
terkait anjuran rutin berhubungan seks sebelum masa ovulasi agar mengandung
bayi perempuan, kendati ini didasarkan pada fakta bahwa sperma jenis kelamin
bayi perempuan tampaknya bertahan lebih lama dari sperma jenis kelamin bayi
laki-laki. Begitupun dengan mitos berhubungan seks setelah masa ovulasi
cenderung akan menghasilkan janin laki-laki.
Manusia dilahirkan dengan 46 kromosom sebanyak 23 pasang. Kromosom X
dan Y menentukan jenis kelamin seseorang. Normalnya, kromosom wanita adalah
46XX dan kromosom pria adalah 46XY. Jenis kelamin bayi dalam kandungan diatur
segera setelah sperma bertemu sel telur dalam proses pembuahan. Alat kelamin
janin belum berkembang di masa awal kehamilan hingga 6 minggu kehamilan.
Umumnya, pada usia kehamilan 4 atau 5 minggu, dokter dapat mendeteksi
jenis kelamin bayi dalam kandungan Bunda dengan beberapa tes prenatal seperti
USG, amniosentesis, serta pemeriksaan lainnya. Posisi bayi saat pemeriksaan USG
adalah aspek terpenting dalam mendeteksi jenis kelamin bayi, terlebih untuk
memastikan bahwa bayi yang dikandung adalah bayi laki-laki.
Cara yang paling akurat untuk menentukan jenis kelamin bayi di dalam
kandungan adalah dengan pemeriksaan DNA. Pemeriksaan ini dapat menentukan jenis
kelamin bayi mulai usia kehamilan sekitar 9 minggu. Dalam dunia medis, tujuan
utama pemeriksaan DNA bayi sebenarnya bukanlah untuk mengetahui jenis kelamin
bayi, tetapi untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan bawaan pada janin yang
dikandung untuk menentukan apakah bayi sehat atau tidak. Pemeriksaan ini belum
rutin dilakukan karena harganya yang mahal dan tidak tersedia di seluruh
daerah. Dan tidak kalah penting, untuk mencari tahu jenis kelamin dan tentunya
menjaga kesehatan Ibu dan Janin, lakukanlah kontrol kehamilan secara rutin pada
dokter atau bidan untuk mendapat pemeriksaan, informasi, dan suplemen prenatal
yang berguna untuk menunjang kehamilan yang optimal.
0 comments:
Post a Comment